Renungan........
Allah
tidak MEMANGGIL orang-orang yang MAMPU tapi Allah MEMAMPUKAN
orang-orang yang TERPANGGIL untuk berkunjung ke Baitullah (ka’bah).
-------------------------
Mantapkan hati dan niat untuk menjemput panggilan Allah. Bergabunglah bersama :
Kami siap melayani perjalanan suci Anda....
------------------------
Menurut
makna bahasa, Haji berarti menyengaja atau mengunjungi, sedangkan dalam
terminologi islam, Haji itu berarti berkunjung ke Baitullah untuk
melaksanakan beberapa amalan-amalan seperti wukuf, tawaf, sa’i serta
amalan lainnya pada masa tertentu untuk mendapatkan pahala dan ampunan
dari Allah SWT. Keseluruhan rangkaian pelaksanaan ibadah haji itu
dilakukan di Arab Saudi, sehingga siapapun yang berangkat kesana
tentulah orang yang mampu dan memiliki bekal materi yang cukup.
Bila
anda selesai membaca catatan saya ini kemudian anda langsung berniat
dan bersungguh-sungguh akan melaksanakan Haji atau Umroh, ada 2
kemungkinan saja yang bakal terjadi.
- Anda mempunyai kesempatan bisa melaksanakan keinginan Haji & Umroh.
- Anda tidak mempunyai kesempatan untuk melaksanakan keinginan Haji & Umroh.
Untuk
memahami bahasa “punya kesempatan” atau “tidak punya kesempatan” dalam
hal Haji & Umroh kita cukup mengingat contoh nyata “Tukang Becak
Naik Haji” , "Penjual Gorengan Naik Haji setelah Menabung selama 20
tahun" , atau sinetron “Tukang Bubur Naik Haji” kemudian... tengok
teman atau tetangga kita yang mampu beli mobil Rp.100jt – Rp.500jt
hingga 1 milyar tapi belum Haji juga walau ongkos haji hanya berkisar
Rp.38 jutaan. Begitulah rahasia Haji....
- Banyak orang yang mampu tetapi tidak sempat.
- Ada yang sempat tetapi ia tidak mampu.
- Ada lagi yang sempat dan mampu tetapi tidak sehat.
- Ada juga yang mampu, sempat dan sehat tetapi harus menunggu 15 tahun lagi.
- Ada yang mampu, sempat dan sehat tetapi hatinya tidak tergerak untuk berhaji.
(maaf tidak ada niat menyindir si miskin atau si kaya, ini dalam konteks pemahaman “kesempatan” itu tadi).
HAJI ITU PANGGILAN, DIPANGGIL, ATAU TERPANGGIL ?
Untuk
memudahkan memahami kata di atas, kita sandingkan saja padanan
perubahan kata “panggil” dengan “daftar” : “panggilan, dipanggil,
terpanggil” dengan “daftaran, didaftar, terdaftar”.
Untuk jadi
“Terdaftar”, kita harus daftar terlebih dahulu seteleh kita tahu adanya
pengumuman pendaftaran dan kita juga harus pastikan bahwa kita sudah ada
didaftar. Begitu juga sebelum kita jadi “Terpanggil” tentu kita harus
merespon panggilan agar kita bisa dipanggil dan masuk daftar Terpanggil.
Allah
sudah menyebarluaskan panggilan atau undangan ini kepada seluruh umat
manusia. Undangan ini sudah dibuat oleh Allah dan disebarluaskan untuk
hambaNya sejak ribuan tahun lalu oleh Nabi Ibrahim AS
dan dilanjutkan oleh Rasulullah SAW, undangan ini akan tetap ada sampai
akhir zaman.
Panggilan itu tidak ditujukan khusus layaknya
undangan resepsi, undangan dinner, cocktail party atau jenis undangan
lain, dimana kita mempunyai pilihan mau atau tidak mau, bisa atau tidak
bisa, kadang-kadang malah ada perasaan ‘tidak enak’ pada si pengundang
bila tidak menghadiri.
Panggilan yang satu ini adalah sebuah
“inisiatif” yang didasari keimanan dan taqwa, yang ‘mengharuskan’ diri
untuk mau hadir, ‘harus’ bisa hadir, ‘harus’ merasa tidak enak jika
tidak hadir. Memang benar-benar tidak ada pilihan lagi bagi yang
berkesempatan. Harus hadir. Urusan undangan yang satu ini kaitan
tanggung jawabnya lebih berat daripada sekedar ‘tidak enak’ pada si
Pengundang. Tidak semudah itu pula lantas kita ‘bisa’ menghubungi si
Pengundang dan dengan enteng memohon maaf atas ketidak hadiran kita
karena bermacam alasan-alasan tertentu.
Sebagaimana
sama-sama diketahui bersama bahwa ibadah haji pada hakikatnya adalah
merupakan napak tilas atas perjuangan Nabi Ibrahim as dalam mewujudkan
ketaqwaan terhadap Allah SWT. Nabi Ibrahim as dikenal sebagai Bapak
Monoteisme (Tauhid), sebab beliaulah yang pertama sekali yang dapat
membuktikan keesaan Allah SWTsecara rasional dan menolak ketuhanan
tuhan-tuhan yang lainnya secara rasional pula.
Untuk itu beliau
pulalah yang diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan seruan panggilan
menunaikan ibadah haji itu sesuia dengan firman Allah SWT : Dan serulah
kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang
datang dari segenap penjuru yang jauh (Q.S. Al-Hajj : 27).
Ibnu
Abbas menyatakan bahwa setelah Nabi Ibrahim selesai membangun Ka'bah
maka Allah berfirman kepadanya : Serulah manusia untuk pergi haji. Nabi
Ibrahim agak ragu, apakah suara panggilannya akan didengarkan atau
tidak. Ibrahim berkata : Wahai Tuhanku, bagaimana suaraku ini bisa
sampai ? Kemudian Allah berfirman : Seru sajalah, Aku (Allah) yang akan
menyampaikannya.
Kemudian naiklah Nabi Ibrahim ke Jabal Qubaisy
dan menyeru : Wahai manusia ! sesungguhnya Allah telah memerintahkan
kepadamu untuk berhaji di rumah Allah ini, agar Allah mengganjar
kepadamu syurga dan melepaskan dari siksa neraka, maka berhajilah.
Kemudian orang-orang menyahuti panggilan itu sembari membaca Talbiyah.
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah;
Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali ‘Imraan
[3]; ayat: 96-97)
Jadi…. Allah memanggil,
kita dipanggil, tetapi hanya “sebagian” saja dari kita
yang “terpanggil”. Itu semua tergantung respon kita setelah menerima
panggilan.
Saya pikir kurang tepat apa yang kita lakukan ketika ada orang yang mau berangkat haji/umroh kita ngomong (titip pesan) “nanti nama saya di panggil / di sebut ya…..”
karena sebenarnya bukan kapasitas manusia (jamaah) untuk melakukan
panggilan ini. Cukuplah kita minta didoakan saja sesuai apa yang kita
harapkan karena sesungguhnya sebagai insan kita mesti saling mendoakan
dalam kebaikan.
BELUM ADA PANGGILAN
Saya
sebenarnya kurang setuju dengan penyebutan haji adalah “Panggilan
Allah” atau dengan alasan “Belum Ada Panggilan”. Dengan penyebutan
“panggilan Allah” itu kok kayaknya mengesankan bahwa Allah itu pilih
kasih kepada hambanya. Lah apa itu berarti orang yang belum haji itu
bukanlah orang pilihan? bukanlah orang-orang yang disukai Allah ? Apakah
Allah lebih memandang orang yang berhaji itu lebih mulia daripada
mereka yang belum haji itu? Apakah Allah sama sekali ndak melihat niat
dan usaha hambanya itu untuk bisa berangkat ke tanah suci ?
Allah
itu pasti suka kepada semua hamba yang beribadah kepadaNya, dan itu
tidak terbatas hanya kepada ibadah haji saja. Allah pasti juga suka
kepada mereka yang melaksanakan sholat, puasa dan ibadah lainnya, asal
dengan satu syarat, bahwa semua itu dilakukan benar-benar niat karena
Allah, bukan karena pamer atau niat lainnya.
Jadi istilah “Haji itu panggilan Allah” akan lebih tepat bila diganti dengan “Haji adalah atas izin Allah”.
KEINGINAN YANG KUAT
Yakinlah bahwa Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu tapi Allah memampukan orang-orang yang terpanggil.
Untuk
bisa menjadi yang “terpanggil” niat saja tidak cukup. Harus dengan
“niat dan keinginan yang kuat” yang dimanifestasikan dalam tindakan
kita. Berdoa setiap waktu dan mengerahkan segenap tenaga dan usahanya
untuk bisa pergi ke Baitullah. Keinginan yang kuat akan menuntun kita
ke jalan menuju Baitullah. Kalo ternyata sampai menjelang ajal kita
belum bisa merealisasikan niat dan keinginan kuat kita untuk mengunjungi
Baitullah dengan berbagai alasan, kita masih ada peluang untuk berhaji
yaitu anak cucu kita yang akan menghajikan.
BELUM SIAP
Jika
kita lahir dan dibesarkan sebagai seorang muslim, bukankah kita sudah
disiapkan sejak dini ? Bukankah rukun islam adalah syahadat, sholat,
zakat, puasa ramadhan dan haji ? Jika Islam diibaratkan sebagai sebuah
bangunan, maka Rukun Islam merupakan tiang-tiang penyangga utama
bangunan itu. Bangunlah tiang-tiang itu dan mulailah dari yang paling
bisa dan memungkinkan untuk dibangun. Sejak dini semestinya kita juga
sudah harus siap-siap menyediakan material-material yang diperlukan
untuk membangun tiang-tiang tersebut. Namun kenyataannya banyak yang
sekedar atau bersungguh-sungguh membangun 4 tiang utama dan
mengesampingkan 1 tiang utama itu.
ANTREAN HAJI PANJANG
Semua
rangkaian ibadah Haji adalah mengandalkan fisik. Usia semakin tua
semakin berat melaksanakan ibadah haji. Maka lebih afdol ibadah haji
dilaksanakan selagi muda dan sehat sehingga bisa melaksanakan semua
rukun, wajib dan sunnahnya berhaji.
Sudah menjadi
sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa pada saat ini ibadah
haji di negara Indonesia menjadi suatu ibadah yang sulit untuk
dilaksanakan, hal ini dikarenakan adanya "waiting list" yang sangat banyak, sehingga masa tunggu untuk pemberangkatan haji menjadi sangat lama.
Kalo
hari ini anda langsung ke Kantor Depag untuk Daftar Haji, saya pastikan
bahwa anda punya kesempatan berangkat haji 15 tahun lagi. Ya… 15 tahun
lagi. Bahkan ada wilyah yang daftar tunggunya sudah sampai 20 tahun
lebih. Berapa umur anda sekarang ? Kalau tidak daftar haji sekarang mau
berangkat kapan? Inilah yang menjadi renungan umat islam yang ada di
Indonesia, sebab untuk mau pergi haji saja mesti antri 10-25 tahun
lamanya bahkan bisa jadi bisa lebih lama lagi.
Panjangnya
daftar tunggu haji ini menggambarkan tingginya minat masyarakat untuk
bisa berangkat haji, hal ini bisa dimaklumi karena ibadah haji merupakan
amalan yang paling utama dan memiliki keafdholan yang sangat besar.
Menurut beberapa hadist yang pernah saya baca, selama orang yang
melaksanakan haji itu tidak melakukan dosa syirik dan maksiat, maka
tidak ada pahala yang lebih pantas bagi mereka selain mendapatkan surga.
Allah juga pasti akan mengabulkan semua doa-doa yang dipanjatkan dan
sekaligus pula mengampuni juga semua dosa-dosanya.
Hampir
bisa dipastikan karena antrean panjang haji orang akan beralih ke
Umroh (haji kecil). Orang yang Umroh akan meningkat tahun-tahun
mendatang. Perkembangan ekonomi Indonesia yang relatif stabil
meningkatkan jumlah kelas menengah "middle class" Muslim. Pada saat yang
sama, memberikan peluang lebih besar bagi kelas bawah "lower class"
untuk menabung guna membiayai perjalanan naik haji atau umrah. Karena
itu pula, jumlah Muslimin-Muslimat yang berniat naik haji dan umrah juga
bakal berlipat ganda., Bisa jadi nanti pergi umroh pun menjadi sulit
dan harus masuk daftar "waiting list" karena visa umroh pun terbatas jumlahnya.
Wassalam